Selamat Datang di PanimbangOnline Media Informasi dan Saling Berbagi

Monday, April 4, 2016

Rio Haryanto Pelepas Dahaga

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Rio Haryanto, ya.. saat ini pemuda yang satu ini tengah menjadi buah bibir di Indonesia. betapa tidak dia orang Indonesia pertama yang berlaga diajang bergengsi Formula 1, sebuah lomba mobil jet darat yang sangat terkenal dan tertinggi kastanya untuk lomba balap mobil. ditengah hiruk pikuknya dunia politik Indonesia yang seakan tidak ada ujungnya, prestasi Rio Haryanto ini telah menjadi pelepas dahaga tentang sesuatu yang dibanggakan negeri ini. 



Apa yang telah diraih oleh pembalap muda ini harus didukung oleh semua pihak baik itu pemerintah, pengusaha, media massa, dan tentunya seluruh lapisan mayarakat. Rio memulai karir di formula 1 pada tahun 2016 ini, bahkan satu satunya pembalap dari asia yang tampil pada musim 2016. walau mengawali start pertamanya di posisi buncit tapi khusus musim ini apa yang telah dicapai oleh Oleh Rio Haryanto harus diacungi jempol oleh masyarakat Indonesia dan Asia.

Rio Haryanto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 22 Januari 1993; umur 23 tahun) merupakan seorang pembalap berkebangsaan Indonesia yang kini membalap di ajang Formula Satu bersama tim Manor. Sebagai pembalap asal Indonesia pertama yang bisa membalap di level GP2, Rio memiliki basis pendukung yang sangat besar. Rio juga adalah pembalap Indonesia pertama dalam sejarah yang bisa menjajal mobil Formula Satu. Ia juga disebut sebagai salah satu pembalap muda yang berpotensi menjadi wakil Asia di ajang Formula Satu pada masa depan.
Pada tahun 2011, Rio berpartisipasi di ajang GP3 Series bersama tim Marussia Manor Racing dan di seri Auto GP bersama tim Driot-Arnoux Motorsport (DAMS). Dia mengawali kariernya di balap gokart pada tahun 2002 dengan Juara Nasional Go-kart kelas kadet.
Pada tanggal 18 Februari 2016, Manor Racing selaku tim balap F1, resmi mengumumkan Rio Haryanto menjadi pembalapnya untuk musim 2016 mendampingi Pascal Wehrlein. Rio sekaligus menjadi pembalap Indonesia pertama yang berkiprah di ajang bergengsi tersebut.

Sukses setelah empat tahun yang berat
Balapan yang pertama digelar pada 2005 itu memiliki standar yang hampir sama dengan F1. Kecepatan mobil tidak jauh berbeda. Sirkuit yang dipakai adalah sirkuit yang sama. Bahkan, di ajang itu, kalender langsung mengikuti agenda balapan F1.
Dua balapan (sprint race dan feature race) juga digelar sebelum dan sesudah balapan F1. Bahkan, sistem poin feature race mengadopsi langsung kasta tertinggi balapan mobil tersebut.
Selain itu, semua kompetitor di GP2 Series memakai sasis yang sama. Alhasil, kompetisi sangat ketat. Para juara dari berbagai cabang balap lain turut berpartisipasi di GP2 Series, seperti dari Formula Renault 3.5, GP3 Series, atau Formula 3.
Bahkan, mulai 2015 mobil GP2 Series dilengkapi perangkat Drag Reduction System (DRS) yang juga digunakan di F1. Alat tersebut bisa membantu mobil meluncur 15 km per jam lebih kencang.
Namun, tahun pertama tidak berlangsung mulus bagi anak pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati tersebut. Bersama tim Carlin, dia tidak mencapai podium sama sekali. Dia pun hanya mampu menyelesaikan musim di posisi ke-14.
Tapi, para pengamat mulai melihat bakat terbesar Rio: raja hujan. Mereka melihatnya setelah dia mampu menjadi yang tercepat saat hujan turun di Sirkuit Spa Francorchamps, Belgia.
Tak sukses bersama Carlin, Rio hengkang ke tim Barwa Addax pada 2013 kemudian EQ8 Caterham Team pada 2014. Dua musim itu Rio tak banyak menorehkan catatan hebat. Dia hanya meraih dua podium dan tak bisa keluar dari posisi ke-15 di akhir musim.
Pada 2015 alias tahun keempatnya di GP2, Rio mulai mendapatkan titik terang. Jika keluhan di tahun-tahun sebelumnya adalah pada kendaraan dan tim yang tidak terlalu mendukung, kali ini tim Campos benar-benar memperlakukan Rio dengan baik.
Kendaraan Rio kompetitif. Staf dan tim juga lebih kooperatif. Hasilnya, Rio meraih lima podium. Tiga di antaranya dia berada di posisi puncak. Yakni saat balapan digelar di Sirkuit Bahrain, Bahrain; Sirkuit Red Bull Ring, Austria; dan Sirkuit Silverstone Inggris.
Padahal, sirkuit-sirkuit tersebut—terutama Sirkuit Silverstone—memiliki tingkat kesulitan tinggi. Model sirkuitnya lambat dengan banyak tikungan. Hanya pebalap dengan skill tinggi yang bisa menjuarainya.
Sepanjang musim, Rio sempat menguasai posisi ketiga klasemen sementara. Persaingan ketat dengan pebalap Rusia Sergey Sirotkin membuat dia harus puas berada di posisi keempat dengan selisih hanya satu angka. Sirotkin meraup 139 sedangkan Rio 138.
Dengan prestasi tersebut, tak ada momen yang lebih baik bagi Rio untuk promosi ke F1. Apalagi, Rio berhasil membuktikan bahwa jika dia dibekali kendaraan yang kompetitif, dia mampu bersaing di tiga besar.
Bersama Manor Racing, Rio akan mendapatkan mesin Mercedes. Pada dua musim sebelumnya, mereka menggunakan mesin Ferrari. Mercedes jelas memiliki mesin yang sangat kompetitif. Apalagi setelah balapan mengubah regulasi mesin menjadi V6turbo hybrid.
Juara dua musim berturut-turut, Lewis Hamilton, juga menggunakan penyuplai mesin yang sama.
Mesin yang sama juga mengantarkan Lotus bertempur di papan tengah. Sebelumnya, mereka menggunakan mesin Renault.
Tak hanya sokongan mesin yang membuat Manor bakal lebih kompetitif. Tapi juga kehadiran beberapa personil anyar. Tahun ini mereka akan diperkuat Direktur Teknis Mercedes Bob Bell dan duo eks Ferrari Pat Fry dan Nikolas Tombazis. Kehadiran punggawa anyar itu menunjukkan bahwa Manor memiliki ambisi.
“Manor akan membuat langkah besar. Tidak hanya karena mesin yang baru. Tapi juga sekelompok orang yang datang bersama-sama. Mereka adalah individu yang sangat mengesankan,” kata bos Mercedes Toto Wolff seperti dikutip GP Update.
“Saya rasa mereka akan menjadi penantang papan tengah yang kuat,” imbuhnya.
Kini, dengan sokongan mesin mumpuni dan doa rakyat Indonesia, sejauh mana Rio akan bersaing?
(Dikutip dari berbagai sumber)


Populer Bulan Ini