Selamat Datang di PanimbangOnline Media Informasi dan Saling Berbagi
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Friday, April 1, 2016

Foto Foto di Pandeglang Pada Jaman Belanda

Selamat berjumpa lagi di blog sederhana ini, pada kali ini admin akan mengulas tentang beberapa foto jaman dahulu di wilayah Pandeglang. kita akan bernostalgia ke jaman dulu waktu bangsa kita masih di jajah oleh Belanda. Bagi anda yang menyukai sejarah dan hal hal Tempo Doeloe mungkin beberapa gambar dibawah ini layak disimpan untuk koleksi anda. 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. gambar ini diambil dari laman facebook Riwajat Pandeglang, semoga bermamfaat dan selamat bernostalgia.

Teluk Lada (Peper-Baai) Tahun 1926

Kampoeng Citeureup, Tahun 1926.


Pasar Ikan di Labuan, Tahun 1935.


Suasana Pasar Labuan, Tahun 1925


Munggahan di Lampe Labuan Tahun 1930


Arak-arakan nyambut 1 suro/ muharam (tahun baru Islam) di alun-alun Menes, foto tahun 1920


Alun alun Menes Tahun 1920

Keadaan Rumah Sakit (Zeeken Huis) Pandeglang tahun 1925.

Stempel Pemerintahan Pandeglang Jaman Belanda

Tempat Ziarah Tjikadoeweun Tahun 1906

Sungai Cilimer, Tahun 1920

Jembatan Cimanuk, Tahun 1920

Sumber: Riwajat Pandeglang




Tuesday, March 8, 2016

Gerhana Matahari dan Mitos Wanita Hami


Gerhana Matahari dan Mitos Wanita Hamil - Saat ini lagi mewabah fenomena Gerhana Matahari Total di Indonesia, di Televisi, koran, media online, dan media media lainya berita Gerhana Matahari Total selalu menjadi headline. obrolan obrolan di warung kopi dan gosipan ibu ibu pun tak lepas membahas seputar gerhana yang akan terjadi pada hari rbu tanggal 9 maret 2016 dan uniknya peristiwa  ini hanya terjadi di Indonesia.

Bahkan ibu saya sampai bercerita, dulu sekitar tahun 1983 terjadi gerhana matahari total di pulau jawa. suasana siang seketika langsung menjadi redup, ayam, bebek dan binatang lainnya pun pulang ke kandangnya. (dikira hari sudah malam kali, haha ).  


MITOS

Dan salah satu mitos yang berlaku disekitar wilayah banten adalah, jika ada wanita hamil dan kebetulan sedang terjadi gerhana matahari adalah wanita hamil tersebut harus tiduran dibawah ranjang atau tempat tidurnya selama gerhana berlangsung, mitos lainnya adalah wanita hamil harus mandi jika sedang terjadi gerhana bulan. mitosnya jika wanita hamil itu tidak melakukan hal tersebut diatas maka sesuatu yang buruk akan menimpa bayi tersebut. benar dan tidaknya mitos tersebut terserah anda menilainya sendiri.

Ketika terjadi Gerhana Matahari Total tahun 1983 di pulau jawa, ada seorang narasumber mangatakan disuatu wilayah dibanten pada saat itu ada sekitar 10 orang wanita hamil dan semuanya melaksanakan mitos tersebut. yah.. tiduran dibawah ranjang atau tempat tidurnya.

Mitos tetap saja menjadi mitos tergantung cara pemikiran kita, yang jelas  bagi umat islam jika sedang terjadi Gerhana baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan maka dilakukan Sholat Gerhana.

Thursday, March 3, 2016

Sejarah Baduy

Sejarah Baduy - Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).
baduy1Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek a–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes ‘dalam’ tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
baduy2
Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai ‘Tatar Sunda’ yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.
Ada versi lain dari sejarah suku baduy, dimulai ketika Kian Santang putra prabu siliwangi pulang dari arabia setelah berislam di tangan sayyidina Ali. Sang putra ingin mengislamkan sang prabu beserta para pengikutnya. Di akhir cerita, dengan ‘wangsit siliwangi’ yang diterima sang prabu, mereka berkeberatan masuk islam, dan menyebar ke penjuru sunda untuk tetap dalam keyakinannya. Dan Prabu Siliwangi dikejar hingga ke daerah lebak (baduy sekarang), dan bersembunyi hingga ditinggalkan. Lalu sang prabu di daerah baduy tersebut berganti nama dengan gelar baru Prabu Kencana Wungu, yang mungkin gelar tersebut sudah berganti lagi. Dan di baduy dalamlah prabu siliwangi bertahta dengan 40 pengikut setianya, hingga nanti akan terjadi perang saudara antara mereka dengan kita yang diwakili oleh ki saih seorang yang berupa manusia tetapi sekujur tubuh dan wajahnya tertutupi oleh bulu-bulu laiknya monyet.dan ki saih ini kehadirannya di kita adalah atas permintaan para wali kepada Allah agar memenangkan kebenaran.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin :
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung) 
baduy4
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan.
Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam. 
baduy5
Baduy Luar
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.
Penyebab
Mereka telah melanggar adat masyarakat Baduy Dalam.
Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam
Menikah dengan anggota Baduy Luar
Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.
Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.

Baduy Dalam 
Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:
Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat)
Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.
Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Sumber :
1. www.alambudaya.com
2. www.barrykusuma.com
3. www.infoyourtourism.blogspot.com

Sunday, February 21, 2016

GAWURAN...!!! Sebuah Tardisi Unik


Kali Ini ane akan membahas tentang sebuah adat istiadat yang terbilak unik, biasa budaya ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur karena telah diberi rezeki, keselamatan ataupun telah dikabulkan keinginannya oleh tuhan yang maha esa.

Gawuran adalah salah satu bentuk syukuran dengan berbagi rezeki dan kebahagiaan dengan sesama. Gawuran biasanya dilakukan dengan meng"Gawurkan" atau melemparkan sejumlah uang (biasa'y uang koin/logaman terkadang juga ditambahkn permen) kepada orang2 yang sudah siap meunggu untuk memperebutkan uang logaman yang di "Gawurkan"/lemparkan tuan rumah.

Gawuran atau mungkin didaerah lain dikenal dengan nama saweran ini bisanya di daerah mimin dilakukan untuk merayakan hari jadi/ulang tahun, acara sunatan, pernikahan, merayakan hajat yang terkabul dll. Yang intinya adalah brsyukur dengan cara berbagi rezeki dan kebahagian dengan sesama.

Meski jumlah uang yang di Gawurkan tidak seberapa dan hanya berupa uang koin/logaman. Acara Gawuran selalu diminati dan ramai di hadiri orang2/tetangga sekitar yang mengadakan acara Gawuran. Karena didalam acara Gawuran selalu tercipta suasana keceriaan & keakraban satu sama lain.

anda bisa melihat ritual unik ini dengan menyaksikan videonya Disinih


Tuesday, October 1, 2013

Tasyakuran Dan Pesta Laut Panimbang 2013 (Nadran)

Tasyakuran dan Pesta Laut Panimbang 2013 telah digelar dengan lancar, sukses, dan sangat meriah. Tasyakuran dan Pesta laut atau yang biasa disebut Nadran merupakan  kegiatan rutin nelayan Panimbang sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas hasil tangkapan ikan yang melimpah disamping itu juga sebagai bentuk pelestarian budaya dan tradisi bangsa. 
Acara yang diprakarsai oleh Paguyuban Nelayan Pesisir Panimbang (PNPP) ini digelar selama 11 hari dari tanggal 12 september sampai dengan tanggal 22 september  2013 yang berlokasi di komplek Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lelang Baru Panimbang, Pandeglang - Banten. acara tersebut dihadiri juga oleh Anggota Komisi X DPR-RI Dra. Hj. Ratu Siti Romlah M.ag, Staf Bupati Pandeglang, Kepala DKP Pandegalang, Anggota DPRD zona 6, camat panimbang, HNSI Panimbang, seluruh elemen masyarakat, dan yang paling utama adalah dihadiri oleh ribuan nelayan yang ikut mengikuti seremonial, proses larung saji, dan 400 kapal yang mengikuti pawai kapal hias ketengah laut.
Asep MS selaku ketua panitia berharap bahwa kegiatan ini dapat didukung oleh pemerintah baik itu Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten. sehingga nantinya kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata bahari andalan di Kabupaten Pandeglang yang akan dilaksanakan dua tahun sekali, disamping itu juga sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap potensi perikanan diperairan Panimbang yang merupakan penghasil ikan terbesar dan jumlah nelayan terbesar di Kabupaten Pandeglang.





Add caption

Wednesday, June 12, 2013

Tasyakuran dan Pesta Laut Panimbang 2013

Tasyakuran dan Pesta Laut atau biasa disebut Nadran di Panimbang tahun ini direncanakan akan dilaksanakan pada Tanggal 19-22 September 2013. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinitas warga nelayan khususnya warga nelayan Desa Panimbang Jaya Kecamatan Panimbang Pandeglang - Banten, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah disamping juga sebagai bentuk kegiatan pelestarian budaya dan tradisi bangsa.














Photo diatas adalah dokumentasi acara Tasyakuran dan Pesta Laut Panimbang Tahun 2010, semoga untuk tahun 2013 ini acara akan berlangsung lebih sukses dari tahun lalu.

Labels

Budaya ( 6 ) Indonesia ( 21 ) Kesehatan ( 11 ) Naskah ( 4 ) Perikanan ( 14 ) Politik ( 1 ) Renungan ( 1 ) Sekilas Info ( 30 ) Usaha ( 11 ) Wisata ( 8 )

Populer Bulan Ini