Selamat Datang di PanimbangOnline Media Informasi dan Saling Berbagi

Monday, January 25, 2016

Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Banten


BAB I
PENDAHULUAN
Banten merupakan wilayah yang sangat strategis mengingat letak daerahnya berbatasan dengan ibu kota negara dan juga sebagai jembatan gerbang antara Jawa dan Sumatera. Dengan luas wilayah 8.800,83 Km2 dan garis pantai 517,42 km, Banten memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup besar. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Banten saat ini baru dimanfaatkan 117.170 ton/tahun, sedangkan potensi lestari di perairan laut Jawa sebesar 847.500 ton dan samudera Indonesia sebesar 656.000 ton.
Salah wilayah pesisir di daerah Banten yang cukup berpotensi dalam memanfaatkan kekayaan laut dan pesisir yaitu wilayah pesisir pantai barat Kabupaten Pandeglang. Sumberdaya pesisir dan lautan, merupakan salah satu modal dasar pembangunan Pandeglang saat ini, disamping sumberdaya alam darat. Sumberdaya alam darat seperti minyak dan gas bumi serta mineral-mineral tertentu, semakin berkurang akibat eksploitasi yang berlangsung sejak lama. Didalam lautan terkandung sumber pangan yang sangat besar yakni ikan dan rumput laut. Sumberdaya laut lainnya adalah bahan tambang lepas pantai yang berperan penting untuk menyuplai energi, serta masih banyak lagi potensi sumberdaya hayati dan non hayati laut lainnya sehingga peranan sumberdaya pesisir dan laut semakin penting untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat.
Kabupaten Pandeglang dengan wilayah 2,75 ribu km2 terbagi menjadi 13 kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 1,13 juta jiwa, dimana hanya 5,22 ribu berprofesi sebagai nelayan atau penangkap ikan yang tersebar di 8 wilayah pesisir bagian barat dan selatan Kabupaten Pandeglang, diantaranya kecamatan Labuan, Carita, Sukanegara, Panimbang, Citeurep, Sumur (Ujung Kulon), Tamanjaya, dan Sidamukti dengan produksi ikan laut sebesar 23,61 ribu ton per tahun (data BPS, 2006). Posisi garis pantai Kabupaten Pandeglang adalah yang menghadap Selat Sunda dengan panjang pantai sekitar 182,8 km, dan yang menghadap Samudera Indonesia sekitar 47,2 km. Kekayaan alam kelautan dan sumberdaya pesisir yang dimiliki Kabupaten Pandeglang tersebut antara lain berupa sumberdaya perikanan, sumberdaya hayati seperti mangrove (hutan bakau), terumbu karang, padang lamun, serta sumberdaya mineral seperti minyak bumi dan gas alam (yang masih dalam penelitian) termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Sejumlah potensi laut yang dapat dikembangkan diantaranya ikan hasil budidaya laut (teluk), kakap, kerapu, tongkol dan udang (penangkapan laut), udang windu, nila merah dan nila gift (budidaya tambak, ikan mas dan nila (budidaya jaring terapung).
Selain kekayaan alam laut yang melimpah, masyarakat pesisir Kabupaten Pandeglang juga memanfaatkan laut sebagai budidaya kerang-kerangan terutama kerang hijau. Kerang merupakan sumber daya hayati laut yang banyak tersedia di perairan Kabupaten Pandeglang, biota ini dapat dibudidayakan dan bersifat ramah lingkungan antara lain karena dalam proses budidayanya tidak memerlukan pakan. Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang sangat digemari masyarakat, Kerang juga mempunyai nilai ekonomis baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun eksport.
Dengan karakteristik wilayah pesisir seperti di atas, maka pemanfaatan sumberdaya pesisir secara optimal dan berkesinambungan hanya dapat terwujud jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu, menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta pendekatan pembangunnan secara hati-hati.
BAB II
POTENSI WILAYAH PESISIR DAN KELAUTAN
2.1. Ekosistem Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir bagian barat yang menghadap Selat Sunda dan wilayah pesisir yang menghadap Samudera Indonesia masing-masing memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Wilayah pesisir yang menghadap Selat Sunda jarang sekali ditumbuhi hutan mangrove, namun sering ditemukan gugusan terumbu karang, karena memiliki tipologi berbatu dan berpasir. Demikian juga wilayah pesisir yang menghadap ke Samudera Indonesia, kecuali wilayah pesisir Ujung Kulon yang merupakan wisata Taman Nasional, masih banyak ditumbuhi hutan mangrove, lamun dan rumput laut.
a. Hutan Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan pantai yang dapat tumbuh baik di lingkungan tropis maupun subtropis. Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan labil. Daerah pertumbuhan mangrove merupakan suatu ekosistem yang spesifik, hal ini disebabkan oleh adanya proses kehidupan biota (flora dan fauna) yang saling berkaitan baik yang terdapat di daratan maupun di lautan.
Jenis-jenis mangrove yang paling umum di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang kurang lebih 1.761,39 Ha (data SDKP Banten) ialah Padi-padi (Lumnitzera Racemosa ), Api-api ( Avicena Spp), Bakau-bakau (Rhizophora ), Bogem (Sonneratia Alba), Pedada (Bruguiera Spp), Nypa Fructicans dan Pakis Rawa (Acrostichum Aureum) di muara sungai payau. Hutan mangrove yang luas terdapat pada jalur sepanjang sisi utara tanah Genting meluas ke arah utara sepanjang pantai sampai Sungai Cikalong dan Legon Lentah Pulau Panaitan. Di atas sebelah barat laut Pulau Handeuleum dan kedua pulau kecil di sebelah selatan dekat Pulau Handeuleum terdapat hutan rawa Nypha yang tidak begitu luas, juga di muara Cijungkulon dan Cigenter di Pantai Utara Semenanjung Ujung Kulon. Hutan mangrove juga dijumpai di pulau-pulau kecil seperti Pamagangan, Boboko, Peucang, Panaitan, Deli, dan Tinjil.
b. Rumput Laut
Rumput laut (Seaweed) merupakan salah satu komoditi eksporIndonesia untuk memasok pasar Internasional. Rumput laut yang diperdagangkan ini merupakan makro algae multiseluler dan dalam taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisio Thalophyta. Divisio ini mempunyai empat kelas besar yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga coklat),Chlorophyceae (alga hijau) dan Cyanophyceae (alga biru­hijau). Keempat kelas tersebut dibedakan berdasarkan kandungan pigmen dan khlorofil.
Rhodophyceae umumnya berwarna merah, coklat, nila dan bahkan hijau dan mengandung sel pigmen fikoeritin. Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena sel­-selnya mengandung khlorofil a dan c.Clhorophyceae umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b dengan sedikit karoten.
Sebaran jenis-jenis rumput laut tersebut di perairan ditentukan oleh kecocokan habitatnya. Habitat rumput laut umumya adalah pada rataan terumbu karang dan menempel pada subtrat benda keras berupa pasir, karang, pecahan karang mati atau kulit kerang. Sesuai dengan lingkungan terumbu karang, tempat tumbuh rumput laut kebanyakan jauh dari muara sungai.
Jenis-­jenis rumput laut yang ditemukan di perairan antara lain dari margaEuchema dan Hypnea (penghasil keraginan), Gracilaria dan Gelidium (penghasil agar) termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae serta Sargassum dan Turbinaria(penghasil alginat) yang merupakan kelas Phaeophyceae.
Rumput laut dalam kondisi alami di Kabupaten Pandeglang hanya dijumpai pada pulau Liwungan. Namun demikian wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang, terutama pulau-pulau kecil yang berbatu dan banyak terdapat terumbu karang sangat berpotensi untuk budidaya rumput laut, diantaranya pulauPopole, Oar, Sumur, Omang, Mangir, Deli, Tinjil, dan Badul.
c. Padang Lamun
Lamun (seagras) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar.
Padang lamun banyak dijumpai di pulau-pulau Pamagangan, Boboko, Handeuleum, Peucang, dan Panaitan, Kabupaten Pandeglang seluas 1.139,22 Ha.
d. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah ekosistem maritim yang unik, kompleks dan khas, terdapat di wilayah tropis dan subtropis, dibentuk oleh komunitas binatang karang selama ratusan tahun. Secara geomorfologis, terumbu karang dapat berbentuk karang tepi (fringing reef), karang penghalang (barrier reef) dan karang cincin (atoll), serta karang datar/takat (platform reef/patch reef)
Bentuk wilayah terumbu karang, pada umumnya di wilayah laut yang sangat dangkal, dan pada umumnya pada pantai dan dekat pantai. Luas terumbu karang di Kabupaten Pandeglang seluas 1.315 hektar, namun 543 hektar atau 41,29 % mengalami kerusakan. Sebaran terumbu karang terdapat pada wilayah kepulauan atau pulau-pulau kecil dengan curah hujan yang relatif rendah, ataupun pantai pulau besar yang jauh dari muara sungai delta dan pantai berlumpur. Terumbu karang banyak dijumpai di wilayah pesisir Ujung Kulon (33 jenis terumbu karang) dan beberapa wilayah pesisir di pulau-pulau kecil seperti Pamagangan, Boboko, Handeuleum, Peucang, Panaitan dan Badul.
2.2. Pemanfaatan Ekosistem Laut
– Mangrove. Manfaat dan fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai habitat yang berperan penting sebagai tempat berpijah dan tepat asuhan berbagai jenis ikan, udang dan biota lainnya serta merupakan habitat berbagai jenis burung, mamalia dan reptil.
Di samping itu ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu dari beberapa ekosistem yang mempunyai produktivitas tinggi setelah produktivitas primer hutan hujan dan terumbu karang. Selain itu manfaat langsung dari hutan mangrove yang dapat dirasakan manusia adalah kayu pohon mangrove yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, kayu bakar, bahan arang, bahan pulp. Hutan mangrove berfungsi sebagai peredam energi gelombang dan penahan laju abrasi bahkan sebagai penjerat material sedimentasi.
– Rumput Laut. Ada 61 jenis dari 27 marga yang telah dimanfaatkan untuk makanan dan bahan baku industri serta 21 jenis dari 12 marga digunakan untuk obat tradisional. Sudah sejak lama masyarakat memanfaatkan komunitas rumput laut alami ini untuk dipanen dan diperjualbelikan. Karena intensitas pemanenan yang tinggi maka produksi rumput laut dari alam semakin lama semakin berkurang.
Rumput laut dikelompokkan berdasarkan kandungan kimia yaitu Agarofitadalah kelompok rumput laut penghasil agar, Karagenofit kelompok rumput laut penghasil karagenan, Alginofit kelompok rumput laut penghasil alginat. Pemanfaatan rumput laut di Kabupaten Pandeglang ini masih sangat minim dan perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan penghasilan bagi masyarakat pantai.
Padang Lamun. Fungsi utama padang lamun adalah dapat menstabilkan dasar laut, perangkap sedimen, makanan bagi jenis biota lain, tumbuhnya bermacam-macam habitat laut, tumbuh ganggang dan alga yang merupakan makanan ikan, dan dapat digunakan sebagai makanan dan bahan pupuk, misalkan jenis samo-samo (enhalus acoroides). Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan mangrove dan terumbu karang.
-Terumbu Karang. Manfaat dan fungsi dari terumbu karang adalah menyumbang pada perikanan dalam tiga hal yaitu, penangkapan ikan langsung di atas karang, penangkapan ikan diperairan pantai dangkal yang mendapat dukungan rantai makanan, siklus hidup dan produktivitas dari terumbu karang dan penangkapan ikan di lepas pantai.
Bagi manusia terumbu karang berguna sebagai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai gudang makanan, obat dan bahan kosmetik, lokasi wisata dan olahraga dan dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai objek studi dan penelitian. Bagi biota lainnya, terumbu karang merupakan ekosistem marine yang mempunyai keunikan dalam fungsi habitat, komunitas koloni dan simbiosis dari berbagai biota marine, baik flora dan fauna. Terhadap suatu pulau, terumbu karang juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari ancaman abrasi dan degradasi.
2.3. Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Kelautan
Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pandeglang sangat berpotensi bagi perekonomian masyarakat pesisir maupun pemerintah Kabupaten Pandeglang. Beberapa potensi laut dan pesisir yang telah dimanfaatkan sejak lama diantaranya perikanan tangkap, dan budidaya kerang-kerangan, sedangkan potensi wilayah pesisir yang belum dimanfaatkan secara optimal diantaranya budidaya udang, rumput laut dan bandeng yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki pasar yang luas di dalam negeri dan luar negeri.
2.3.1. Perikanan Tangkap
Pemanfaatan hasil laut yang menjadi komoditi unggulan Kabupaten Pandeglang diantaranya penangkapan ikan karapu, kakap, tongkol dan udang. Produksi perikanan laut yang siap diolah selama tahun 2006 mencapai 23,61 ribu ton (data BPS), yang digunakan untuk dikonsumsi segar, digaramkan, dipindang dan lain-lain. Walaupun kelautan Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi biota ikan cakalang dan tuna, namun pemanfaatannya belum optimal.
2.3.2. Budidaya Kerang Hijau
Budidaya kerang hijau dikembangkan di kecamatan Panimbang dan Citereup Kabupaten Pandeglang. Mengingat akan melimpahnya potensi sumber daya kerang hijau dan mudah dibudidayakan serta modelnya relatif sederhana maka budidaya kerang hijau menjadi salah satu upaya dalam menyedikan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan pemenuhan gizi atau protein hewani yang murah. Hal ini sangat membantu bagi peningkatan produksi perikanan pada umumnya.
Kerang merupakan sumber daya hayati laut yang banyak tersedia di perairan pesisir Kabupaten Pandeglang, biota ini mudah dibudidayakan dan bersifat ramah lingkungan antara lain karena dalam proses budidayanya tidak memerlukan pakan. Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang sangat digemari masyarakat. Kerang jenis ini juga mempunyai nilai ekonomis baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Usaha budidaya kerang hijau (Perna viridis) memiliki potensi usaha yang menguntungkan dan berpeluang besar untuk diekspor karena memiliki nilai jual yang tinggi, jika berjalan sinergi antara kesinambungan produk, pengawasan mutu produk dan pemilihan kondisi produk yang bernilai jual tinggi, maka produk kekerangan di Kabupaten Pandeglang dapat menembus pasaran Asia dan Uni Eropa, Keuntungan dari budidaya kerang hijau adalah tidak ada pemberian pakan dan serangan penyakit yang mematikan.
Biasanya apabila permintaan pasar lokal meningkat, maka usaha budidaya kerang hijau makin diintensifkan. Kegiatan pengolahan kerang hijau menghasilkan limbah padat yang cukup tinggi. Besarnya jumlah limbah padat cangkang kerang hijau yang dihasilkan, maka diperlukan upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat dan mengurangi dampak negative terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selama ini limbah padat kerang berupa cangkang hanya dimanfaatkan sebagai salah satu materi hiasan dinding, hasil kerajinan, atau bahkan sebagai campuran pakan ternak. Pengolahan limbah tersebut tentunya belum mempunyai nilai tambah yang besar karena masih terbatas dari segi harga maupun jumlah produksinya. Upaya dalam pemanfaatan limbah tersebut berupa diversifikasi produk pangan manusia yang diformulasikan dalam bentuk tepung sebagai sumber kalsium alami dan diaplikasikan sebagai bahan fortifikasi dalam suatu produk krupuk.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) dan Balai Budidaya Laut (BBL) telah mengembangkan budidaya kekerangan di Perairan Panimbang Kabupaten Pandeglang seluas 2.316,5 hektare. Kerang hijau di pesisir Pandeglang perairannya cocok dan belum tercemar sama sekali, dibandingkan dengan perairan Teluk Jakarta yang sudah tercemar limbah industri. Negara pengimpor akan meloloskan ekspor kerang hijau dari Pandeglang, karena wilayah tersebut bebas pencemaran.
2.4. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hayati
Untuk menjaga kelestarian sumberdaya hayati maka perlu kebijakan pengelolaan yang terpadu antara pemerintah, masyarakat dan swasta, diantaranya :
1. Mengupayakan pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi ekosistem (terumbu karang, rumput laut, padang lamun, dan mangrove)
2. Meningkatkan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan ekosistem.
3. Menyusun rencana tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan kelestarian ekosistem.
4. Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan ekosistem.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi kerakyatan.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan ekosistem.
7. Menggali dan meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan ekosistem.
Sedangkan strategi pembangunan ekonomi kelautan dan wilayah pessir yang dijalankan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir meliputi:
1. Optimalisasi sentra budidaya kerang.
2. Pemanfaatan garis pantai yang panjang untuk budidaya udang, bandeng, dan rumput laut.
3. Meningkatkan produktifitas ikan laut tangkapan.
4. Pengembangan budidaya alga.
5. Memperluas pasar komoditas kelautan.
6. Membangun industri pengolahan komoditas kelautan.
7. Program intensif penanaman pohon mangrove.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian mengenai potensi wilayah pesisir dan kelautan di Kabupaten Pandeglang, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kabupaten Pandeglang mempunyai wilayah pesisir yang cukup luas sepanjang 230 km, dimana 182,8 km menghadap ke Selat Sunda dan sepanjang 47,2 km menghadap ke Samudera Indonesia.
2. Kabupaten Pandeglang terbagi dalam 8 wilayah pesisir, diantaranya Labuan, Carita, Sukanegara, Panimbang, Citeurep, Sumur (Ujung Kulon), Tamanjaya, dan Sidamukti dengan produksi ikan laut rata-rata sebesar 23,61 ribu ton per tahun.
3. Sejumlah potensi laut yang dapat dikembangkan diantaranya ikan hasil budidaya laut (teluk), kakap, kerapu, tongkol dan udang (penangkapan laut), udang windu, nila merah dan nila gift (budidaya tambak, ikan mas dan nila (budidaya jaring terapung).
4. Untuk mendukung potensi kelautan dan wilayah pesisir, maka kelestarian ekosistem laut sangat diperlukan. Kelestarian hutan mangrove dan lamun alami masih banyak dijumpai di Ujung Kulon, serta terumbu karang yang seluas 1.315 km2 di pesisir barat dan selatan Kabupaten Pandeglang. Demikian juga rumput laut cukup memegang peranan dalam ekosistem laut di wilayah pesisir cukup banyak di pesisir pulau-pulau sebelah barat Kabupaten Pandeglang.
5. Salah satu upaya peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di Kabupaten Pandeglang, dilakukan dengan mengembangkan budidaya kerang hijau (Perna Viridis) yang berkualitas dan bebas pencemaran.
6. Perlunya pengelolaan lingkungan untuk menjaga keutuhan terumbu karang, tumbuhan lamun, rumput laut dan berkembangnya hutan mangrove di sekitar wilayah pesisir yang sepanjang tahun makin berkurang, akibat kerusakan manusia. Rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove dapat mengakibatkan turunnya produksi ikan maupun biota lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. —————————— (2007), Pandeglang Dalam Angka 2007, BPS
2. Komaat, Joy (2007), Pentingnya Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
3. ——————————- (2005) Sinkronisasi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, BLPHD
4. Setiawan, Asep (2006), Masterplan Pembangunan Provinsi Banten
5. ——————————- (2007), Potensi Kelautan dan Perikanan, KPDE
6. —————————— (2007) Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup, KPDE
7. —————————— (2005) Kerang Hijau Dari Teluk Jakarta Tak Layak DikonsumsiKapanlagi.com
8. ——————————-(2007) Pengembangan Budidaya Kerang Hijau, BKPMD
9. Wahyuni, Mita, Dr (2007) Kerupuk Tinggi Kalsium: Perbaikan Nilai Tambah Limbah Cangkang Kerang Hijau Melalui Aplikasi Teknologi Tepat Guna
10. —————————— (2006), Banten : Sentra Budidaya Kekerangan DiIndonesia, Info Banten
11. ——————————–(2005), Tipe Ekosistem Ujung KulonUjung-kulon.net


Populer Bulan Ini